Anak dan Buku

Adalah sangat menyedihkan ketika mendapati fakta tentang rendahnya minat baca di Indonesia. Tingkat ekonomi masyarakat barangkali menjadi salah satu factor penyebabnya. Di Indonesia buku masih dipandang sebagai barang mewah, dan kegiatan membaca masih dianggap sebagai kegiatan yang tidak terlalu berguna. Lebih menyedihkan lagi rendahnya minat baca ini juga menghinggapi generasi muda, yakni anak-anak, sebagai pewaris bangsa di masa depan.

Berdasar laporan dari Bank Dunia no. 16369-IND, dan Studi IEA (International Association for the Evalution of Education Achievermen) di wilayah Asia Timur, tingkat minat baca anak-anak terendah dipegang oleh Indonesia, yakni 51.7, di bawah Filipina (52.6), Thailand (65.1), Singapura (74.0) dan Hongkong (75.5). Hal ini disebabkan kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan sangat rendah, yakni 30 persen.

Hal yang berkaitan dengan anak-anak adalah dunia pendidikan. Pendidikan paling awal adalah dari orang tua atau keluarga. Dari sinilah sebenarnya titik awal minat baca itu ditumbuhkan. Orang tua di Indonesia, terutama dari strata menengah ke bawah kurang memberi perhatian pada persoalan membaca. Padahal dari survey, perkembangan seorang anak berkaitan dengan membaca. Hal ini bisa diukur dari, pertama, fungsi otak tertinggi adalah membaca, dan manusia adalah satu-satunya spesies di muka bumi yang membaca. Kedua, proses belajar pada manusia diawali dengan kemampuan membaca. Jadi, membaca merupakan juga salah satu fungsi penting dalam hidup. Perkembangan otak manusia dari zaman primitif diawali ketika manusia mengenali alam dengan cara mencoretkannya di dinding-dinding gua. Darinya peradaban akhirnya berkembang. Ketiga, dari riset membuktikan kebiasaan membacakan cerita pada anak memberi manfaat lebih pada intelektual, emosional dan fisik, dengan demikian perkembangan anak makin optimal. Dan Keempat, minat baca membawa anak pada minat belajar. Proses pembelajaran menjadi cepat.

Proses tumbuh kembang anak membutuhkan unsur membaca. Hal ini sangat disayangkan tidak dimiliki para orang tua di Indonesia.

About Asisi Suharianto

Pelintas
This entry was posted in MY CAFE. Bookmark the permalink.